Jumat, 22 Maret 2013

Kepuasan Kerja dan Komitmen


Persaingan di dunia bisnis yang semakin ketat sangat menuntut perusahaan untuk bisa optimal dalam mengelola sumber daya yang dimiliki. Sumber daya yang paling penting dalam sebuah perusahaan adalah sumber daya manusia.  Memiliki SDM yang berkualitas sangat dibutuhkan  perusahaan agar tujuan yang hendak dicapai dari sebuah perusahaan dapat terwujud.  Menurut Robbins (2001) : kualitas SDM yang berpengaruh kuat terhadap kinerja organisasi adalah komitmen organisasi.
L. Mathis-John H. Jackson berpendapat bahwa komitmen organisasi adalah tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta berkeinginan untuk tinggal bersama atau meninggalkan perusahaan pada akhirnya tercermin dalam ketidakhadiran dan angka perputaran karyawan. Seseorang  yang memiliki komitmen terhadap organisasi memiliki potensi untuk memperbaiki kinerjanya  secara individual, kelompok  maupun organisasi. Selain itu, akan memberikan usaha yang maksimal secara sukarela untuk kemajuan organisasi tersebut dan tanggungjawab yang penuh terhadap tugas-tugas yang dikerjakannya. Mereka akan berusaha mencapai tujuan organisasi dan menjaga nilai-nilai organisasi.
Menurut Hodge & Anthony (1988) salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi adalah kepuasan kerja. Kepuasan kerja sendiri erat kaitannya dengan  sikap dan nilai individu. Nilai merupakan keyakinan dasar yang dimiliki individu yang menjadi dasar berperilaku. Nilai dibagi menjadi 2 yaitu baik atau buruk, benar atau salah. Penilaian terhadap perilaku seseorang berdasarkan nilai sangat relatif untuk dikatakan benar atau salah, namun untuk penilaian baik dan buruknya sangat mudah untuk dijelaskan. Contohnya : Seorang anak jalanan yang mencopet. Hal ini dikatakan buruk, tetapi tidak dapat dikatakan salah jika anak tersebut melakukan pencopetan itu dikarenakan kepepet belum makan 3 hari dan tidak punya uang. Terdapat satu nilai yang akrab dikenal di masyarakat yaitu nilai antar budaya. Nilai antar budaya dibagi dalam 4 hal, yaitu :
1.      Jarak kekuasaan
Jarak kekuasaan ini dilihat dari bagaimana hubungan atasan dan karyawannya. Hubungan antara atasan dan karyawannya bisa mempengaruhi komitmen organisasi karyawan, hubungan ini bisa terwujud dalam bentuk dukungan dari atasan kepada karyawan, kepercayaan yang diberikan dan adanya komunikasi yang baik antara atasan dan karyawan.
2.     Individualisme vs kolektivisme
Individualisme merupakan kecenderungan fungsi sosial yang relatif bebas dan individual berarti hanya mengurus dirinya sendiri. Kebalikannya, kolektivisme adalah kecenderungan fungsi-fungsi social yang relative ketat di mana masing-masing individu mengidentifikasi diri sebagai kelompok dengan loyalitas yang tidak perlu ditanyakan. Masalah utama dimensi ini adalah tingkat interdependensi individu dalam sebuah masyarakat.
3.     Kuantitas hidup vs kualitas hidup
Kuantitas dan kualitas cenderung merujuk pada standar hidup. Kualitas dan kuantitas hidup yang dimiliki seseorang haruslah seimbang agar tidak terjadi tumpang tindih antara yang satu dan lainnya.
4.      Orientasi ketidakpastian
Orientasi ini berkaitan dengan target dan deadline ketika mengerjakan suatu pekerjaan dan dapat mempertanggungjawabkan tugas yang sedang dikerjakan. Budaya ini tidak dapat diterima oleh beberapa negara barat dikarenakan sebagian besar dari mereka membutuhkan kepastian agar mereka mendapatkan kepercayaan lebih.
Sedangkan menurut Globe, dimensi nilai dan kebudayaan ada 8 macam, yaitu :
1.      Kebebasan berpendapat
2.      Orientasi masa depan
3.      Perbedaan jenis kelamin
4.      Penghindaran ketidakpastian
5.      Individualis vs kolektif
6.      Kolektif dalam kelompok
7.      Orientasi kinerja
8.      Orientasi kemanusiaan
Sikap adalah pernyataan evaluatif tentang suatu objek. Komponen-komponen sikap adalah kognitif, afektif/ perasaan dan perilaku. Sikap sangat berhubungan dengan perilaku kerja dan memiliki damapak positif dan negatif terhadap seseorang. Contohnya jika seseorang menunjukkan sikap positif  maka ia akan memiliki komitmen, produktivitas dan kepuasan kinerja yang tinggi juga. Sebaliknya, jika seseorang menunjukkan sikap negatif maka ia akan memiliki komitmen, produktivitas dan kepuasan kinerja yang rendah. Jika seseorang lebih banyak menunjukkan sikap negatif, nantinya ia juga akan menunjukkan ketidakpuasannya dengan cara sebagai berikut :
1.      Keluar dari pekerjaan
2.      Pasif agresif ( menunda-nunda pekerjaan)
3.      Kesetiaan yang pasif / diam
4.      Bersuara ( dengan melakukan protes / demo)
5.      Mengabaikan tugas
6.      Trouble maker atau toxic behaviour.
Sebenarnya, kepuasan  itu sendiri dapat dengan mudah  dicapai setiap orang, asalkan mereka dapat selalu melakukan apapun secara loyal dan tidak pernah egois terhadap diri sendiri, dan selalu melakukan apapun sebaik mungkin bahkan melebihi prioritas dan nilai terbaik yang diperhitungkannya.

1 komentar:

  1. Senang baca tulisan ini...dan dapat saya jadikan referensi...tetap berbagi ya, salam SOBAT !

    BalasHapus