Persaingan di dunia bisnis yang semakin ketat sangat menuntut perusahaan
untuk bisa optimal dalam mengelola sumber daya yang dimiliki. Sumber daya yang
paling penting dalam sebuah perusahaan adalah sumber daya manusia. Memiliki SDM yang berkualitas sangat
dibutuhkan perusahaan agar tujuan yang
hendak dicapai dari sebuah perusahaan dapat terwujud. Menurut Robbins (2001) : kualitas SDM yang
berpengaruh kuat terhadap kinerja organisasi adalah komitmen organisasi.
L. Mathis-John H. Jackson berpendapat bahwa komitmen organisasi adalah tingkat sampai
dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta berkeinginan
untuk tinggal bersama atau meninggalkan perusahaan pada akhirnya tercermin
dalam ketidakhadiran dan angka perputaran karyawan. Seseorang yang memiliki komitmen terhadap organisasi
memiliki potensi untuk memperbaiki kinerjanya secara individual, kelompok maupun organisasi.
Selain itu, akan memberikan usaha yang maksimal secara sukarela untuk kemajuan
organisasi tersebut dan tanggungjawab yang penuh terhadap tugas-tugas yang
dikerjakannya. Mereka akan berusaha mencapai tujuan organisasi dan menjaga
nilai-nilai organisasi.
Menurut Hodge & Anthony (1988) salah satu faktor yang mempengaruhi
komitmen organisasi adalah kepuasan kerja. Kepuasan kerja sendiri erat
kaitannya dengan sikap dan nilai
individu. Nilai merupakan keyakinan dasar yang dimiliki individu yang menjadi
dasar berperilaku. Nilai dibagi menjadi 2 yaitu baik atau buruk, benar atau
salah. Penilaian terhadap perilaku seseorang berdasarkan nilai sangat relatif
untuk dikatakan benar atau salah, namun untuk penilaian baik dan buruknya
sangat mudah untuk dijelaskan. Contohnya : Seorang anak jalanan yang mencopet.
Hal ini dikatakan buruk, tetapi tidak dapat dikatakan salah jika anak tersebut
melakukan pencopetan itu dikarenakan kepepet belum makan 3 hari dan tidak punya
uang. Terdapat satu nilai yang akrab dikenal di masyarakat yaitu nilai antar
budaya. Nilai antar budaya dibagi dalam 4 hal, yaitu :
1.
Jarak kekuasaan
Jarak kekuasaan ini dilihat dari bagaimana
hubungan atasan dan karyawannya. Hubungan antara atasan dan karyawannya bisa
mempengaruhi komitmen organisasi karyawan, hubungan ini bisa terwujud dalam
bentuk dukungan dari atasan kepada karyawan, kepercayaan yang diberikan dan
adanya komunikasi yang baik antara atasan dan karyawan.
2. Individualisme vs
kolektivisme
Individualisme merupakan kecenderungan fungsi sosial
yang relatif bebas dan individual berarti hanya mengurus dirinya sendiri.
Kebalikannya, kolektivisme adalah kecenderungan fungsi-fungsi social yang
relative ketat di mana masing-masing individu mengidentifikasi diri sebagai
kelompok dengan loyalitas yang tidak perlu ditanyakan. Masalah utama dimensi
ini adalah tingkat interdependensi individu dalam sebuah masyarakat.
3. Kuantitas hidup vs kualitas hidup
Kuantitas dan kualitas cenderung merujuk pada
standar hidup. Kualitas dan kuantitas hidup yang dimiliki seseorang haruslah
seimbang agar tidak terjadi tumpang tindih antara yang satu dan lainnya.
4.
Orientasi ketidakpastian
Orientasi ini berkaitan dengan target dan
deadline ketika mengerjakan suatu pekerjaan dan dapat mempertanggungjawabkan
tugas yang sedang dikerjakan. Budaya ini tidak dapat diterima oleh beberapa
negara barat dikarenakan sebagian besar dari mereka membutuhkan kepastian agar
mereka mendapatkan kepercayaan lebih.
Sedangkan menurut Globe, dimensi nilai dan kebudayaan ada 8 macam, yaitu :
1.
Kebebasan berpendapat
2.
Orientasi masa depan
3.
Perbedaan jenis kelamin
4.
Penghindaran ketidakpastian
5.
Individualis vs kolektif
6.
Kolektif dalam kelompok
7.
Orientasi kinerja
8.
Orientasi kemanusiaan
Sikap adalah pernyataan evaluatif tentang suatu
objek. Komponen-komponen sikap adalah kognitif, afektif/ perasaan dan perilaku.
Sikap sangat berhubungan dengan perilaku kerja dan memiliki damapak positif dan
negatif terhadap seseorang. Contohnya jika seseorang menunjukkan sikap
positif maka ia akan memiliki komitmen,
produktivitas dan kepuasan kinerja yang tinggi juga. Sebaliknya, jika seseorang
menunjukkan sikap negatif maka ia akan memiliki komitmen, produktivitas dan
kepuasan kinerja yang rendah. Jika seseorang lebih banyak menunjukkan sikap
negatif, nantinya ia juga akan menunjukkan ketidakpuasannya dengan cara sebagai
berikut :
1.
Keluar dari pekerjaan
2.
Pasif agresif ( menunda-nunda pekerjaan)
3.
Kesetiaan yang pasif / diam
4.
Bersuara ( dengan melakukan protes / demo)
5.
Mengabaikan tugas
6.
Trouble maker atau toxic behaviour.
Sebenarnya, kepuasan itu sendiri dapat dengan mudah dicapai setiap
orang, asalkan mereka dapat selalu melakukan apapun secara loyal dan
tidak pernah egois terhadap diri sendiri, dan selalu melakukan apapun
sebaik mungkin bahkan melebihi prioritas dan nilai terbaik yang
diperhitungkannya.
Senang baca tulisan ini...dan dapat saya jadikan referensi...tetap berbagi ya, salam SOBAT !
BalasHapus